Agama Menurut Ali Syariati

Pada tanggal 12 dan 13 Agustus 1970, Ali Syariati menyampaikan beberapa kuliah di Husayniyah Irsyad di Teheran terkait dengan "Agama". dalam kuliahnya ia menyampaikan sebuah gagasan yang sangat luar biasa, bahwa sepanjang sejarah umat manusia, agama telah berjuang melawan "agama", dan bukan non-agama, sebagaimana yang kita percayai.

Monoteisme merupakan agama yang meyakini bahwa Tuhan itu Satu, agama yang telah dibawa oleh Nabi Ibrahim yang disebut "ad-din al-Hanif", agama yang benar, terus-menerus sepanjang sejarah, berjuang melawan agama yang menolak bahwa Tuhan itu Satu atau percaya bahwa tidak ada Tuhan atau ateisme. atau melawan agama yang meyakini banyak Tuhan (syirik, politeisme dan multiteisme). 

Inilah yang menjadi rintangan pertama yang dialami oleh kaum yang beragama dan menjadi suatu pembedaan yang konon diabaikan oleh intelektual Eropa, khususnya Karl Marx. Marx dengan tokoh-tokoh intelektual Kristen Eropa yang mengkritik agama, tidak memahami pentingnya perbedaan ini. mereka hanya memandang agama seperti yang dipraktikkan, lewat apa yang disebut sosiologi agama sebagai "fungsi kependetaan" dari pemujaan status quo, apa pun yang terjadi, tanpa mempersoalkan hakikatnya, benar atau salah.

Sepanjang sejarah agama memiliki fungsi lain yang jauh lebih penting, fungsi agama yang dibawah oleh nabi-nabi pilihan Tuhan, yaitu untuk menyeru manusia ke jalan yang baik. Patrick McNamara dalam Religion: North American Style :31_menambahkan bahwa fungsi kenabian adalah bertindak sebagai alat protes melawan nilai-nilai dan kebijakan-kebijakan masyarakat yang dominan. ini yang telah diabaikan pada masa Renaisans, Reformasi dan Abad Pencerahan. ketika itu orang-orang Eropa bereaksi terhadap penyalahgunaan agama oleh kaum pendeta, yang beranggapan bahwa agama harus mengontrol pikiran masyarakat, dengan menguasai kekuasaan dan kekayaan. Dengan semua itu mereka mengeksploitasi dan menindas manusia atas nama Tuhan! Na'udzubillah

Ali Syariati menjelaskan lebih rinci bahwa fungsi kenabian merupakan konfrontasi dua dimensi antara berhala psikologi yang berada dalam diri dengan berhala sosio-politik di dunia luar. konfrontasi dalam kedua kasus tersebut muncul lewat bangkitnya kesadaran ganda tentang diri dan masyarakat. kesadaran akan menuntut konfrontasi diri yang berada di dalam dan menyingkapkan selubung-selubung yang berada di luar. Ali Syariati dan para aktivis Muslim Iran yang lain, ulama dan kaum intelektual yang telah mengerti fungsi kenabian dari agama, membangun kesadaran khas ini, memanifestasikan dirinya dalam bentuk kemampuan melihat segala sesuatu sebagaimana adanya. itulah kekuatan yang menyerupai kenabian, yang dimiliki oleh nabi-nabi seperti Nabi Ibrahim, Musa, Isa dan Muhammad_salam sejahtera bagi mereka_ dan study tentang metode-metode yang mereka pakai, telah mengajarkan kemampuan ini. seseorang yang punya kemampuan disebut dalam terminologi Islam sebagai seorang "Penghancur Berhala".

Pada tingkat psikologis, seseorang harus memulainya dengan kesadaran tentang diri, menjadi sadar tentang berhala-berhala yang ada dalam dirinya sebelum mempunyai kemampuan menyadari berhala-berhala tersebut di dunia luar dan dalam jubah sosio-politiknya.

Apakah berhala psikologis itu? Jabatan Anda? Nama baik Anda? Posisi Anda? Profesi Anda? Gelar Anda? Kesenian Anda? Spritualitas Anda? Baju Anda?Kemasyhuran Anda? dan segala sesuatu yang ada dalam diri anda yang memperlemah anda di atas jalan keimanan. apa saja yang mengajak anda untuk berhenti dalam berbuat. apa saja yang membawa keraguan terhadap tanggung jawab anda. apa saja yang melekat pada anda dan menarik anda kebelakang. apa saja yang telah anda susun dalam hati yang tidak membolehkan anda mendengar pesan supaya mengakui kebenaran. apa saja yang menyebabkan anda lari. apa saja yang membawa anda kepada justifikasi, legitimasi, hermeneutik, mencari kompromi dan cinta yang membuat anda buta dan tuli.

Berhala-berhala pada tingkat sosio-politik adalah sebuah keadaan yang manakala kekuatan-kekuatan kekuasaan, prestise atau kependetaan, benar atau salah, secara langsung berhadapan dengan fungsi kenabian yang menentangnya, dalam jubah mereka yang menolak eksistensi Tuhan atau melegitimasi kepercayaan terhadap eksistensi tuhan-tuhan mereka, konfrontasi tersebut langsung dan terbuka: monoteism versus ateisme; monoteisme versus multiteisme; monoteisme versus penguasa tiran; monoteisme versus penyembah berhala.

Keadaan yang sulit dideteksi adalah keadaan ketika kekuatan-kekuatan kufr atau kekuatan-kekuatan multiteisme terletak dibawah selubung para penganut monoteisme dan berpura-pura dengan kata-kata mereka sendiri, menjadi apa yang tidak ada dalam hati mereka sendiri_monoteisme versus kemunafikan.

Secara lahiriah menyatakan keimanan kepada Tuhan yang Satu namun, prakteknya adalah menghambat gerak maju keimanannya kepada yang Satu. kekuatan-kekuatan inilah yang telah melanda sejarah Islam dan membawanya kepada titik keadaan sekarang serta ke dalam kubangan kemunafikan. mereka berjuang atas nama Islam yang didalamnya dibungkus dengan berhala kemunafikan yang mendera dan akhirnya tak mampu bangkit.

Sumber :
Ali Syariati, Agama Versus Agama, (Cet.VII; Bandung: Pustaka Hidayah, 2000) diterjemahkan oleh : Afif Muhammad dan Abdul Syukur.

Comments

Popular Posts