Kehidupan Anregurutta Puang Aji Sade dan Kontribusinya dalam Penyebaran Informasi Islam di Wajo

Masa dan Daerah Kelahirannya

K.H.Muh as’ad demikian nama lengkapnya yang populer dengan panggilan dan penyebutan lidah orang-orang Bugis dengan Anregurutta Puang Aji sade , sampai saat ini orang-orang masih mengenang namanya dikalangan umat Islam Bugis terutama pihak abituren as’diyah. Mereka dengan simple menyebut nama tersebut “Gurutta Sade” namun kadang menambah menjadi “Gurutta sade almarhum”.
K.H.Muh. As’ad lahir di Makkah pada hari senin tanggal 12 Rabius Tsany 1326 Hijriyah yang bertepatan dengan 1907 Miladiyah. Beliau dilahirkan dari keluarga, ayah bernama Asysyekh Hajji Abdur Rasyid seorang ulama suku Bugis dan ibunya bernama Alhajja Sitti Shaleha Binti Abdu Rahman Gurutta Teru al bugisy, dan beliau wafat 1952 di Sengkang Kabupaten Wajo. Maka bias diperkirakan umurnya kurang lebih 145 tahun.
  
Pendidikannya

Beliau dididik dan dibesarkan oleh orang tuanya dengan pendidikan Islam dan dasar pendidikan Islam yang utuh. Pertama-tama beliau belajar pada orang tuanya, kemudian masuk sekolah yang bernama al-falah salah satu lembaga pendidikan Islam yang terkenal pada waktu itu. Sunnatullah berlaku pada diri beliau, sehingga melalui pendidikan orang tuanya, maka pada usia 14 tahun, beliau dipercayakan menjadi imam shalat tharawih di Masjidl Haram Makkah. Sudah barang tentu tugas ini tidak sembarang orang diberikan.

Pada tahun 1341 H/ 1922 M sampai dengan 1342 H/1923 Miladiyah, beliau sempat menghafal alfiyah 1000 bait. Sementara beliau tidak melewatkan jam-jam pesantren yang diadakan oleh ayah kandung beliau disamping tidak mengabaikan kegiatan pesantren lain.

Muh As’ad sejak kecil sudah belajar ilmu-ilmu agama  dan berguru pada ulama-ulama besar. Di antara ulama-ulama yang pernah diikuti dan ditempati berguru adalah sebagai berikut:

Syekh Abbas Jabbar, Syekh Haji Mallawa, Syekh Umar Hamdani, Syekh Ahmad Nadzirin, Syekh Jumalul Makki, dan Syekh Abrar.

Banyak factor yang memotivasi K. H. Muh as’ad, sehingga ia senantiasa mengejar ilmu-ilmu agama. Di antaranya adalah karena menuntut ilmu-ilmu agama akan mendapatkan balasan di sisi Allah serta akan ditinggikan derajatnya. Hal ini dapat dilihat pada firmannya pada surah al Mujadalah (58) ayat 11, yang artinya: Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang beriman di antara kalian dan orang-orang yang berilmu pengetahuan beberapa derajat.

Karena kegiatan beliau dalam menuntut ilmu dan ketekunannya menelaah pelajaran dari guru-gurunya, maka pada usia 21 tahun ilmu yang telah diperolehnyaitu bertambah mantap dan sempurna, sehingga beliau menjadi ulama besar yang disegani.  Beliau adalah keturunan Perguruan Tinggi al Madrasatul al Falah di makkah. Sejak beliau bermukim di tanah suci, karirnya sebagai seorang ulama bertambah menanjak. Beliau pernah menjadi sekertaris pribadi al Sayyid Ahmad syarif, seorang ulama besar di Madinah.

Sifat & Prilakunya


Berawal dari masa kanak-kanak, masa ini adalah masa yang peka untuk menrima sifat-sifat yang berpengaruh dalam pembentukan pribadi. Pada masa kanak-kanak beliau dididik oleh orang tuanya dengan berbagai kesibukan bersekolah di pagi hari dan mengaji di waktu sore. Di waktu pagi ia belajar Volk sekolah dan pada sore hari atau malam hari digunakan belajar mengaji dan menghafal al Quran.

Jika ditelusuri riwayat pendidikannya yang telah dilalui seperti yang dikemukakan terdahulu, maka dapat dikatakan belaiu telah mendapat didikan yang luar biasa.

K. H. Muh. As’ad dengan khas Bgugis tercatat dalam lembaran sejarah  bahwa usianya dalam dunia pendidikan hanya berkisar 7 tahun setelah itu beliau sudah mendapat nilai-nilai barakah ilmu dengan wibawa seorang ulama sebagaimana pengakuan dari segenap gurunya yang sempat mengajar beliau, mengakui bahwa beliau adalah seorang murid yang cerdik dan tekun belajar dan ketajaman pikiran yang luar biasa. Dengan ketajaman pikiran yang dimilikinya sehingga usia 7 tahun beliau sudah menyelesaikan hafal al Qurannya.

Karena kuatnya kehendak dan tinggi cita-cita serta kebenaran niatnya, kematian kedua orang tuanya tidak menghalanginya untuk melanjutkan perjuangan dan jihadnya dalam menuntut ilmu pengetahuan, tidak memperdulikan siksaan kelapan dan kletihan. Hamper semua waktunya tidak sepi  dari membaca dan belajar. Tidak diherankan karena memang beliau senantiasa belajar siang dan malam, beliau menerima pelajaran sebanyak 14 macam sehari semalam dari ulama-ulama makkah baik yang berbangsa arab maupun ulama-ulama Indonesia yang berdomisili di Makkah seperti Syekh Hasan al Yamany, Syekh Abba Abdul Jabbar, Syekh Ambo WEllang.

Kemudian kehidupannya diwaktu remaja, memang sangat jauh berbeda dengan teman sebayanya.. menjelang masa remaja telah mahir mengaji tajwid, dan mengaji baca tujuh, serta mengahafal al quran dan alfiah seribu bait. Beliau juga tidak ketinggalan untuk belajar tafsir pada ulama-ulama besar. Selain itu beliau jg belajar fikhi dan nahwu saraf.

Beliau menuntut ilmu selama kurang lebih 17 tahun. Beliau memperoleh ilmu pengetahuan dan derajat yang tinggi dalam waktu yang relative singkat. Apa yang diperolehnya itu lebih dari pada ap yang diperoleh oleh kawan-kawannya. Sebagian waktunya juga digunakan untuk mengajar teman-temannya.

Salah satu keadaan dirinya yang menarik adalah ketika beliau telah mendalami kaedah-kaedah bahasa arab, maka ia membagi ilmunya itu kepada kawan-kawannya.

Ditengah-tengah ikhtiar dan perjuangannya. Beliau mendapat ilmu dan petunjuk dari Allah, untuk menyusun program dan rencana yang muncul dari hati yang tulus dan niat yang benar, yang beliau bawa dari makkah.

Setelah masa remaja dilaluinya dengan banyak pengalaman, maka beliau pun memasuki masa dewasa. Ia telah memasuki babak baru dalam proses pendidikannya. Beliau percaya bahwa melalui pendidikan yang dini, kelak akan meniti kehidupannya dengan baik. Dalam proses pendidikan ia merencanakan untuk berumah tangga. Beliau masih bermukim di makkah pada usia 17 tahun. Ia menikah dengan seorang perempuan yang bernama Sitti Hawa Dg. Mattejjo (orang Malaysia), dikaruniai seorang anak yang tidak berumur panjang setelah ibunya lebih dahulu meninggal dunia. Setelah tiba di Indonesia ia menikah dengan Sahri Banong dan memiliki seorang anak laki-laki.

Akibat berbagai hal beliau berpisah tempat tingga dengan istri keduanya Sahri Banong. Lalu mempersunting lagi Daeng Haya pihak familinya dari Tanete Barru. Dari Daeng Haya ia memiliki 5 putra dan 3 perempuan.  Antara perkawinan kedua dan ketiga tersebut, terdapat istri yang asalnyta dari Bengo, namun ia kurang dikenal sekalipun ia tinggal di rumah K. H. Hasan Basri.

Selama hidupnya beliau menikah sebanyak empat kali yang dikaruniai 9 anak, meninggal satu. Masing-masing sebagai berikut:
a.       Muhammad Yahya
b.      Abu Hamid
c.       Abdu Rasyid
d.      Ahmad Ridha
e.       Muhammad Radhi
f.       Syamsuhuda
g.      Ummul Khair
h.      Dan Rasyidah

Dengan melihat gambaran kehidupan Gurutta  bersama keluarganya, dapatlah diketahui bahwa beliau dilahirkan di kota Makkah pada hari senin 12 Rabiu Tsany 1362 M. meninggal dunia 29 Desember 1952. sejak kecil ia senantiasa belajar dan mengajar, serta mengabdikan dirinya demi agama, bangsa dan Negara.

Karya-Karya Beliau:
Berdasarkan hasil pengumpulan data di lapangan maka sedikitnya ada empat karya tulis beliau selama hidupnya.
 Haji Abdul Razak hasanuddin ketua bidang wakaf yayasan As’adiyah pusat Sengkang mengatakan bahwa karya-karya K.H. Muh. As’ad yang ditinggalkan sebagai berikut: bidang aqidah, akhlak, bahasa arab, dan syariah. K. H. Hamzah Manguluang mengatakan mengatakan karya Gurutta dalam bidang aqidah meliputi:
  1. Idharus Haqiqah, berbahasa Bugis yang didalamnya membahas aqidah-aqidah yang tidak benar.
  2. Irsyadul Ammah, berbahasa Bugis yang membahas tentang hokum-hukum wajib shalat.

Selain dari karya tersebut di atas masih banyak karya lain seperti dalambidang syariah. Karya-karya Gurutta dalam bidang syariah menurut K.H. Hamzah Badawi mengatakan antara lain
  1. Tafsir Suratun an-Nabah, berbahasa Bugis dan berbahasa Indoensia yang menjelaskan tentang kekuasaan Allah.
  2. Al-ljwibatul al-Mardiyyah, berbahasa arab bugis dan berbahasa Indonesia.  Menerangkan tentang wajibnya khutbah jumat berbahasa Arab.

Selanjutnya kata responden yang peneliti sempat interview bahwa masih banyak lg karya-karya beliau dibidang aqidah yang tidak sempat disebutkan. Tapi yang jelas dari semua karya tersebut adalah merupakan salah bentuk kontribusinya dalam penyebaran informasi Islam.

Kemudian dikatakan oleh K. H. Abd. Malik bahwa karya-karya gurutta, diantaranya:
  1. Ilmu Ushuli Fikhi, berbaha arab dengan syair dan bait-bait.
  2. Al Kaokabul Munir, dituli s dalam syair yang berbahasa arab tentang akhlak yang benar. Sebagai sabda Nabi: aku hanya diutus untuk menyempurnakan akhlak manusia. Bertitik tolak dari hasi di atas selanjutnya Gurutta berkata akhlak manusia itu beragam.
  3. Tuhfatul Faqir, berbahasa arab, syarah dari kitab kaokabul munir.
  4. Majalah al-Mauizatul hasanah, yang menerangkan tentang bagaimana memberi pelajaran yang baik

Karya-karya K.H.Muh.As’ad pada bidang Bahasa Arab menurut H.M.Ilyas salewe mengatakan sebagai berikut:
  1. al-Ibarahimul Jaliyah, berbahasa arab, Indonesia dan bugis.
  2. Sabilus shawab, berbahasa bugis dan Indonesia menerangkan  tentang puasa zakat dan muamalah
  3. Nibrasun nasikh, berbahasa bugis tentang tata cara manasik haji.
  4. Kitabil aqaaid, berbahasa arab dan bugis
  5. Assiratun nabawiyah, berbahasa arab danbugis

Dengan melihat karya beliau maka dapatlah dipahami bahwa pd hakekatnya karya itu semata-mata khususnya wajo dan pada umumnya sulawesi selatan. Baik masyarakat terpelajar maupun masyarakat non ilmiah dikarangnya buku yang berbahasa masyarakat setermpat. Seperti dalam hal ini bahasa Indoensia dan bahasa Bugis. Hal ini membuktikan bahwa Gurutta memounyai harapan agar masyarakt Islam di Wajo dapat memahami islam secara mendalam.


Kontribusi Gurutta Dalam Penyebaran Islam
Dapat dilihat bahwa kontribus Guruuta  yang cukup cemerlang dituangkan dalam aqidah, syariah dan akhlak.
  1. Kontribusi di Bidang aqidah
Kontribusi beliau di bidang akidah sebagaimana yang dikatakan oleh H. Abunawas Bintang “khususnya ibadah sejalanm denga paham ahlussunnah waljama’ah, yang mengakui imam mazhab yang empat. Kendatinpun demikian ia banyak menampakkan corak mazhab syafii”

Corak mazhab syafii dalam praktek peribadatan sama saj dengan mazhab lainnya. Hanya saja kadang ada perbedaan tentang amalan sunnah. Perbedaan ini bukan berarti saling menonjolkan antara satu dengan yang lainnya. Masing-masing jalan sesuai dengan keyakoinan mereka.

  1. Kontribusi bidang syariah
H. Muh. Ilyas Salewe mengatakan bahwa salah satu kontribusi Gurutta yang dapat menopang dalam penyebaran Islam sebagai berikut: “bahwa manusia tidak akan mampu mengagungkan Tuhan sebenar-benarnya. Sebagaimana missinya kalau hanya menggunakan pikiran meskipun diketahui bahwa pemikiran itu harus dipergumakan untuk memikirkan ala mini sebagai washilah untuk ma’rifat kepada Allah SWT.”

Dengan demikian konsep tersebut di atas dapat memberikan gambaran kepada umat Islam untuk mengagungkan Tuhan harus dengan keyakinan yang benar, aqidah Islamiyah juga harus benar.

Dengan adanya pedoman tersebut dia atas maka penyebaran informasi Islam banyak memperoleh sumbangan secara tidak langsung dalam hal ini memahami masing-masing kapling dan orientasi setiap unsur yang ada pada seseorang. Katakanlah unsure pikiran mempunyai batasan-batasan tertentu dalam hal memahami suatu ajaran  sehingga esensi ketuhana ditemukan dan bahkan merupakan hasil dari rasio, akan tetapi ia ditemukan oleh keyakinan yang terpencar dari lubuk hati yang paling dalam.

  1. Kontribusi dibidang akhlak
Akhlak dalam ajaran agama tidak disamakan dengan etika, jika etika dibatasi pada sopan santun antara sesame manusia, serta hanya berkaitan dengan tingkah laku lahiriyah, maka akhlak lebih luas maknanya daripada yang telah dikemukana yang tersahulu serta mencvakup pula beberapa hal yang merupakan sifat lahiriayah. Misalnya yang berkaitan dengan sifat batin maupun pikiran. Akhlak diniah mencakup berbagai aspek, dimulai akhlak terhadap Tuhan hingga kepada sesame makhluk (manusia, binatang, tumbuhan, benda mati)

Akhlak itu menyangkut hubungan terhadap Tuhan, pergaulan dengan sesame manusia, dan jg menyangkut perawatan badan dan anggota tubuh. Dengan dasar itu menurut K.H. Abd. Rauf Kadir Ketua Majelis Fatwa Pengurus Besar AS’adiyah mengatakan “JIwa haruse selalu dipelihara sehingga bersih dan berseri sebab jiwa adalah pancaran wajah. Selamat sopan santun kesempurnaa. Mulut harus dibersihkan dengan jalan memelihara kebersihan gigi, maka  harus pula dipelihara dibersihkan dari kotoran”.

Titik tolak akhlak pada Tuhan adalah pengakuan dan kesadaran bahwa tiada Tuhan selain Allah “ia memiliki sifat-sifat terpuji, demikian sifat agung itu yang jangankan manusia malaikat pun tidak mampu menjakaunya hakekatnya”

Sangat jelas bahwa orang dapat memperbaiki dirinya dapat dikategorikan sebagai salah satu cirri dari orang yang berakhlak baik. Bagaimana bias berakhlak baik kepada Tuhan kalau tidak berakhlak baik pada diri sendiri. Bagaimana bias berbuat kepada orang lain kalau pada diri sendiri tak mampu berbuat baik. Jadi dapat menilai akhlak seseorang , maka ukurannya adalah pada diri sendiri serta perangainya kepada orang lain dan sebagainya.

Metode Pendekatan Dalam Penyebaran Islam Di Wajo
Penyebearan Informasi Islam di Wajo lewat para muballigh dan pendidik di pesantren as’adiyah yang menyebarkan islam pada masyarakat Bugis WAjo secara menyeluruh. Baik pada mereka yang mengetahui bahasa Indoensia maupun yang mengetahui bahasa Bugis.  Dengan demikian kehadiran Gurutta di Kabupataen Wajo telah banyak memberikan kehidupab baru bagi masyarakat.
Dalam proses sejarah perkembangan keagamaan di Indoensia ada persaingan antara satu agama dengan pengembangan agama lain. Persaingan tersebut tergantung pada pendekatan pembawa dan penyebar suatu agama, bagaimana pembawa itu mengadakan suatu pendekatan kepada masyarakat.

Beberapa cirri yang dapa mewarnai kehidupan masyarakat sebelum gurutta, dapat menyebarkan dakwahnya ditengah-tengah masyarakat berbagai bentuk penyelewenagn mliputi:

    1. Masyarakat dalam kebodohan dan sikap apatis
Suatu hal merupakan akibat logis dari sikap pemerintah yang tidak lagi memperhatikan ansib rakyat. Bobroknya pemerintahan Islam disebabkan karena penguasa tidak mengetahui seluk beluk agama dengan pemahaman yang benar dan para ulama kurang mengerti tentang politik. Sorotan tajam ini diperhadapkan kepada penguasa dan tokoh masyarakat melalui forum resmi sehingga beliau mulai diperhatikan gerak langkah oleh penguasa dan tokoh masyarakat yang merasa dirinya dikritik. 

    1. merajalelanya bid'ah, khurafat, dan takhyul
akibat kurangnya perhatian para ulama terhadap masyarakat tidak mengetahui ajaran islam yang sebenarnya. Justru itu tidak mengherankan kalau ditengah-tengah mereka merajalela berbagai bentuk penyimpangan pengmalan ajaran agama, timbilnya bid’ah, praktek khurafat dan kemusrikan, kemungkaran yang pernak nampak secara dmonstratif di masyarakat. 

Hal ini terjadi karena terbatasnya masyarakat yang punya sekolah dan tidak teraturnya administrasi disamping itu kurikulum pendidikan kurang sekali, dan ilmu baru seperti yang dikembangakan bangsa barat.

Daslam ranghka pningkatan kualitas pendidikan diadakan usaha pembaruan seperti penataan administrasi, peningkjatan tunjangan guru, penataran kurikulum yang diarahkan pada penambahan sejumlah ilmu-ilmu baru sebagaimana telahj dijelaska pada uraian terdahulu.

H. Abd. Razak hasanuddin mengatakan bahwa: “sebagai langkah awal dari metode yang dipergunakan Gurutta, membntuk suatu perkumpulan tabligh yang beranggotakan murid-muridnya sendiri. Beliau sendiri sebagai ketuanya dan langsung memimpin jalannya jama’ah tablig tersebut, namun sering pula belau menyampaikan dakwanya ditempat-tempat mana yang lowong bagianya di masjid-masjid, maupun di rumah atau ditempat lainnya”.]

Para anggoata jama’ah tabligh ini sidah barang tentu selalu siap pakai. Olehnya itu mereka menyebar untuk menyampaikan dakwanya siang malam dengan merujuk pada firman Tuhan surah an-Nahl (16) : 125, “seruhlah semua manusia kejalan Tuhanmu  dengan cara yang baik dan pelajaran yang baik dan bantahlah dengan cara yang baik”

Salah seorang muridnya bernama H. Abd Razak Hasanuddin mengatakan bahwa:”Gurutta menyampaikan dakwanya atau misi islam kadang-kadang memakai metode bi al hikma dengan lemah lembut dan terkadang pula memakai metode kekerasan seperti yang digambarkan dalam sabda rasul, “Barang siapa melihat di antara kamu kemungkaran maka hendaklah ia mengubahnya dengan tangannya (kekuasaannya) apabila ia tidak sanggup dengan lidahnya (nasehat) apabila ia tidak sanggup maka dengan hatinya dan itulah selemah-lemah iman.”

Bertitik tolak dari ayat tersebut di atas, telah memberi pedoman bagaimana caranya dakwah itu dijalankan, yakni:
  1. hikmah
  2. mauizatul khasanah
  3. mujadalah billati biya ahsan

perkataan hikmah bisa dijelaskan dalam bahasa Indonesia dengan bijaknsana atau kebijaksanaan. Menurut para ahli kata bijaksana didefinisikan sebagai kata hikmah. Syekh Muhammad abduh dalam tafsir al manar memberi definisi tentang kata hikmah “Hikmah adalah menemukan rahasia dan faedah tiap-tiap sesuatu”. Sedangkan menurut H. A. Mukti Ali mendefinisikan dakwah bil hikmah itu sebagai: “kesanggupan dai atau muballigh untuk menyiarkan agama islam dengan mengingat waktu dan tempat dan masyarakat yang dihadapinya.”

Perintah untuk menyampaikan dakwa dalam agama islam tidak mengharuskan secepatnya dapat berhasil dengan satu cara saja. Akan tetapi bergagai cara harus dikerjakan sesuai dengan keadaan obyek dakwanya, kemampuan masing-masing dan atas kebijaksanaannya sendiri.

Sumber: K. H. Muh. As’ad Dan Kontribusinya
Dalam Penyebaran Islam di Wajo (skripsi)
Oleh : Kasmir
Fakultas Dakwah IAIN alauddin 1999

Comments

Popular Posts