Otobiografi Intelektual Al-Ghazali

Osman Bakar, seorang filosof Malaysia kontemporer mengatakan bahwa karya Imam Al-Ghazali (Kitab Al-Munqidz) sebenarnya memiliki  dua versi judul. Pertama, Al-munqidz min adh-Dhalal wa al-Mufsih 'an al-Ahwal (Penyelemat dari Kesesatan dan Perwujudan Keadaan-keadaan Jiwa). Kedua, Al-Munqidz min adh-Dhalal wa-al-Muwashshil ila Izzah wa-al-Jalal (Penyelamat dari Kesesatan dan Penganar  kepada Pemilik Kekuasaan dan Keagungan).

Karya tersebut bersifat otobiografi yang ditulis sekitar 5 tahun sebelum kematian Al-Ghazali (504 H./1111 M). juga merupakan karya yang sangat menarik bagi banyak pihak, baik dari kalangan intelektual akademisi maupun bagi mereka yang berkecimpun di dunia pesantren.

Salah satu topik dalam buku tersebut yang menarik bagi penulis adalah pada saat Al-Ghazali mengatakan bahwa filsafat sebenarnya tidak luput dari ancaman kekufuran dan ateisme, meski diakui ada juga yang dekat dengan kebenaran. 

Penilaian sebagai orang awam, bahwa ternyata ada hal yang menarik perlu di kaji ulang menurut  hemat penulis setelah melihat proposisi :

FILSAFAT adalah KUFUR/ATEIS.
FILSAFAT adalah KEBENARAN
KUFUR/ATEIS adalah KEBENARAN.

Dilain kesempatan, Al-Ghazali mengklasifikasi pelaku filsafat dalam beberapa golongan, secara garis besarnya kaum filosof bisa dibagi kedalam tiga golongan :

1. Dahriyyun (Ateis)
 
Mereka adalah para filosof zaman dahulu yang mengingkari adanya Sang Maha Pencipta, adanya Maha Mengetahui dan Maha Mengatur. menurut mereka, alam ini wujud dengan sendirinya tanpa pencipta. Begitu pula binatang , muncul dari sperma dan sperma keluar  dari binatang, begitu seterusnya. Mereka termasuk zindiq atau ateis. yang dimaksud, mungkin adalah para filosof Yunani Purba, seperti Thales (545 SM.), Anaximandros (547 SM.), Anaximenes (528 SM), Heraklitos (480 SM). Thales berpendapat bahwa zat pencipta alam adalah air, menurut Anaximandros adalah angin, Menurut Anaximenes adalah tanah, sedangkan menurut heraklitos adalah Api. Intinya adalah pencipta alam adalah unsur alam itu sendiri, bukan yang lain.

2. Thabiiyyun (Natural philosophers)

Mereka mengkonsentrasikan  diri untuk meniliti alam, tumbuhan dan terutama binatang sehingga harus mengakui adanya Tuhan setelah menyaksikan keteraturan dan keindahan alam beserta isinya. Siapa yang meneliti anatomi binatang memang tidak akan bisa mengelak untuk mengakui kesempurnaan pengetahuan sang pencipta, apalagi setelah meneliti anatomi tubuh manusia. Mereka menyimpulkan bahwa susunan tubuh binatang sangat berpengaruh bagi besar kecilnya kekuatan yang dimiliki. dan kesimpulan itu mereka lekatkan juga pada manusia. Sehingga mereka, akhirnya menyimpulkan bahwa ruh manusia akan mati bersama matinya jasad, dan tidak mungkin kembali lagi. Akibatnya mereka tidak percaya pada hari kebangkitan, surga, neraka, pahala bagi yang berbuat baik, dan siksa bagi yang melanggar. setelah semuanya mati. tidak ada lagi  yang bertanggung jawab di hari kiamat, karena menurutnya tidak ada surga dan seterusnya.

3. Ilahiyyah 
 
Mereka adalah golongan terakhir dari dua kelompok sebelumnya, termasuk Socrates (399 SM), Plato (347 SM), Aristoteles (322 SM). Aristotels telah berjasa menyusun ilmu logika dan melengkapi ilmu-ilmu sebelumnya.

inilah khasanah intelektual......... wassalam

Sumber :
Kegelisahan Al-Ghazali ; Sebuah Otobiografi Intelektual/Imam Al-Ghazali/Cetakan I Juni 1998/Pustaka Hidayah/ISBN : 979-9109-09-4

Comments

Popular Posts